Setelah satu E.P dan satu album, Lose It All memilih album ke-2 mereka ini sebagai momen untuk keluar dari zona nyaman proses kreatif mereka. Unit hardcore beranggotakan 5 orang ini menziarahi momen keemasan metallic hardcore di akhir 90-an dan awal 2000-an. Di era album-album Harvest, Turmoil, Earth Crisis, All Out War, Vision of Disorder dan sekutunya menjadi konsumsi harian. Menambahnya dengan porsi groove gitar yang berlebih dan chugging breakdowns khas hardcore metal era itu, vokal gang yang triumphant, meminimalkan groove beatdown, memaksimalkan agresi double-pedal dan membungkusnya dengan sound yang lebih modern. Bahkan pada single “Menyayat Lembah Muria” dan “Retorika Penikam Alam” mereka menambahkan sedikit melodi menyerupai synth sublim yang mengingatkan kita pada Korn.
Rentang waktu proses 2 tahun ini juga memberi mereka cukup waktu untuk bereksplorasi dalam penulisan lirik. Kali ini mereka menulis album berkonsep. Contentious merupakan idiom akan pedebatan, provokasi, perselisihan dan pertentangan akan sebuah wacana. Mereka mencoba mengilustrasikan fenomena perang argumen dan perdebatan panjang yang sama sekali tidak ada hasilnya di media masa maupun media elektronik yang lahir di era ini.
Mulai dari pembongkaran ilusi media pada “Medium/Ultra/Eksesif”, epidemi bigotry yang mendominasi pada “Fanatisme Ortodoks” hingga “Menyayat Lembah Lemuria” yang metaforik, mengambil pengandaian sebuah legenda polemik pertaruhan antara bangsa Yahudi dan tanah Jawa tentang kemunculan legenda Atlantis dan Lemuria yang sampai sekarang keotentikan artefak sejarahnya diperdebatkan namun nyaris tak ada relevansinya dengan hidup hari ini. Contentious adalah jurnal muram saat menyaksikan konflik-konflik sosial yang nir-solusi. 11 lagu dengan satu bonus remix dari beatmaker Eyefeelsix, Jaybeathustler.